Bagaimana saya dapat mencapai derajat wali Allah? Pertanyaan ini menunjukkan bahwa penanya memiliki keinginan besar terhadap kebaikan, dan ingin mencapai derajat tersebut. Derajat ini dapat dicapai oleh siapa saja dari kalangan Muslim. Tidak terbatas pada kelompok tertentu saja. Seorang ulama bisa meraihnya, dan orang awam pun bisa meraihnya. Bisa diraih oleh petani. Bisa pula diraih oleh karyawan. Bisa diraih oleh siapa pun.
“Sungguh, orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertakwa.” (QS. Al-Hujurat: 13).
Bagaimana seseorang dapat mencapai derajat kewalian? Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada rasa takut pada mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Yunus: 62). Siapa mereka itu? “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.” (QS. Yunus: 63). Seseorang dapat meraih derajat kewalian dengan iman dan takwa. Barang siapa beriman dan bertakwa, maka ia menjadi wali Allah. Barang siapa memiliki ketakwaan yang besar kepada Allah ’Azza wa Jalla, maka bisa jadi ia akan mencapai derajat ini, derajat kewalian.
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada rasa takut pada mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa Bagi mereka berita gembira di dunia dan di akhirat…” (QS. Yunus: 62–64).
Di akhirat, kabar gembira itu adalah surga. Sedangkan kabar gembira di dunia adalah nama baik, kedudukan mulia, penerimaan dan kecintaan manusia, serta mimpi baik yang ia lihat sendiri atau diperlihatkan kepada orang lain. Inilah penafsiran terbaik tentang kabar gembira yang diberikan di dunia. Sedangkan kabar gembira di akhirat adalah surga. Apabila seseorang telah mencapai derajat ini, derajat kewalian, maka Allah ‘Azza wa Jalla berfirman tentangnya dalam Hadis Qudsi:
“Barang siapa memusuhi wali-Ku, maka Aku menyatakan perang kepadanya.” Artinya, orang yang menyakiti salah satu wali Allah ‘Azza wa Jalla, maka Allah akan memeranginya. “…maka Aku menyatakan perang kepadanya.” Barang siapa diperangi Tuhannya, maka ia akan ditimpa berbagai musibah dari arah mana saja dan dengan cara apa saja. Ia telah menabuh genderang perang, tapi dengan siapa? Dengan Allah ‘Azza wa Jalla. Ini adalah peringatan keras bagi siapa saja yang menyakiti wali Allah Subhanah. “Barang siapa memusuhi wali-Ku, maka Aku menyatakan perang kepadanya.”
=====
كَيْفَ أَصِلُ لِدَرَجَةِ أَوْلِيَاءِ اللَّهِ؟ يَعْنِي هَذَا السُّؤَالُ يَدُلُّ عَلَى أَنَّ السَّائِلَ عِنْدَهُ خَيْرٌ كَثِيرٌ وَيُرِيدُ أَنْ يَصِلَ إِلَى هَذِهِ الْمَرْتَبَةِ وَهَذِهِ الْمَرْتَبَةُ يُمْكِنُ أَنْ يَصِلَ إِلَيْهَا أَيُّ مُسْلِمٍ لَيْسَتْ خَاصَّةً بِطَبَقَةٍ مُعَيَّنَةٍ مِنَ النَّاسِ يُمْكِنُ يَصِلُ إِلَيْهَا عَالِمٌ يُمْكِنُ أَنْ يَصِلَ إِلَيْهَا الْأُمِّيُّ يُمْكِنُ أَنْ يَصِلَ إِلَيْهَا الْفَلَّاحُ يُمْكِنُ أَنْ يَصِلَ إِلَيْهَا الْعَامِلُ يُمْكِنُ أَنْ يَصِلَ إِلَيْهَا أَيُّ إِنْسَانٍ
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
كَيْفَ يَصِلُ الْإِنْسَانُ إِلَى مَرْتَبَةِ الْوِلَايَةِ؟ يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ مَنْ هُمْ؟ الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ يَصِلُ الْإِنْسَانُ إِلَى مَرْتَبَةِ الْوِلَايَةِ بِاْلاِيْمَانِ وَالتَّقْوَى مَنْ كَانَ مُؤْمِنًا تَقِيًّا كَانَ لِلَّهِ وَلِيًّا مَنْ كَانَ تَقِيًّا لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَعَظُمَتِ التَّقْوَى عِنْدَهُ فَإِنَّهُ قَدْ يَصِلُ إِلَى هَذِهِ الْمَرْتَبَةِ مَرْتَبَةِ الْوِلَايَةِ
أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ لَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ
فِي الْآخِرَةِ الْجَنَّةُ أَمَّا الْبُشْرَى الَّتِي فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فَالسُّمْعَةُ الْحَسَنَةُ وَالسِّيرَةُ الطَّيِّبَةُ وَالْقَبُولُ وَمَحَبَّةُ النَّاسِ وَكَذَلِكَ أَيْضًا الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ يَرَاهَا الْمُسْلِمُ أَوْ تُرَى لَهُ هَذَا أَحْسَنُ مَا فُسِّرَتْ بِه الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ الْجَنَّةُ وَإِذَا وَصَلَ الْإِنْسَانُ إِلَى هَذِهِ الْمَرْتَبَةِ مَرْتَبَةِ الْوِلَايَةِ فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَقُولُ فِي الْحَدِيثِ الْقُدْسِيِّ
مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ أَيْ أَنَّ هَذَا الَّذِي آذَى وَلِيًّا مِنْ أَوْلِيَاءِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ فَإِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يُحَارِبُهُ فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ وَمَنْ حَارَبَهُ رَبُّهُ فَلْيَتَوَقَّعْ أَنْ تَأْتِيَهُ الْمَصَائِبُ مِنْ أَيِّ جِهَةٍ وَبِأَيَّةِ طَرِيقَةٍ فَتَحَ جَبْهَةَ حَرْبٍ وَلَكِنْ مَعَ مَنْ؟ مَعَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ فَهَذَا فِيهِ تَحْذِيرٌ شَدِيدٌ لِمَنْ يُؤْذِي أَوْلِيَاءَ اللَّهِ سُبْحَانَهُ مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ